بسم الله الرحمن الرحيم

Prakata

Bermigrasi? Sepertinya untuk kasus saya, lebih pas kalau saya sebut “mencoba”. Ya, belajar mencoba menggunakan platform lain.

Awalnya hanya ingin coba-coba, namun setelah berhasil dan merasakan ada “something” yang saya rasakan lebih baik dari Netlify ketimbang menggunakan Cloudflare, saya pun memutuskan untuk tetap menggunakan Netlify.

Kedua platform ini tidak dapat dibandingkan karena memiliki definisi dan fungsi yang berbeda.

Apa itu Cloudflare? Cloudflare, Inc. is a U.S. company that provides content delivery network services, DDoS mitigation, Internet security and distributed domain name server services. Cloudflare’s services sit between the visitor and the Cloudflare user’s hosting provider, acting as a reverse proxy for websites. - Wikipedia

Apa itu Netlify? Netlify is a San Francisco-based cloud computing company that offers hosting and serverless backend services for static websites. It features continuous deployment from Git across a global application delivery network, serverless form handling,support for AWS Lambda functions, and full integration with Let’s Encrypt. - Wikipedia

Pokoknya, saat ini, saya hanya butuh konfigurasi DNS dan Nameservers-nya saja untuk dapat menghubungkan GitHub/GitLab dengan domain name yang saya beli dari Dewaweb.

Proses Migrasi

Proses-proses di bawah ini tidak harus berurutan. Saya mencoba menyusun dan mengurutkan berdasarkan sekenario yang saya alami.

GitHub

Menghapus GitHub Page

Sebenarnya langkah ini tidak diperlukan. Ini hanya preferensi saya saja.

  1. Buka tab Settings pada repository GitHub.

    gambar_1

  2. Scrolling ke bawah, pada bagian “GitHub Pages”. Ganti Source dari master branch menjadi None.

    gambar_2 Kemudian, Save.

    Karena saya memiliki custom domain maka saya hapus dahulu isian dari Custom domain. Setelah itu, baru merubah Source menjadi None.

    Dengan begini, repository bandithijo.github.io sudah tidak lagi menjadi GitHub page.

  3. Selanjutnya, rename repository dari bandithijo.github.io menjadi bandithijo.com.

    gambar_3 Kemudian Rename.

    Setelah berhasil, nama dari repositori saya akan berubah.

    gambar_4

    Tujuannya hanya untuk menyamakan presepsi saja, bahwa sudah tidak ada lagi repositori yang bernama bandithijo.github.io.

    Agar dikemudian hari tidak menimbulkan ambigu.

Mengganti Nama Direktori Root

  1. Saya juga perlu mengganti nama direktori root yang ada di laptop.

    $ mv bandithijo.github.io bandithijo.com

    Tujuannya masih sama, agar tidak menimbulkan ambigu di kemudian hari.

Mengganti Alamat Git Remote

  1. Ganti alamat GitHub remote yang lama dengan yang baru.

    $ vim .git/config

    Ganti pada section [remote "origin"], /bandithijo.github.io.git menjadi /bandithijo.com.git.

    # ...
    # ...
    
    [remote "origin"]
     url = git@github.com:bandithijo/<mark>bandithijo.com</mark>.git
     fetch = +refs/heads/*:refs/remotes/origin/*
    
    # ...
    # ...
    

    Perubahan alamat remote ini adalah hal yang direkomendasikan oleh perintah git saat saya melakukan git push -u origin master.

    gambar_5

Menghapus CNAME

  1. Hapus CNAME yang ada pada root direktori.

    bandithijo.com
    ├── _drafts/
    ├── _includes/
    ├── _layouts/
    ├── _posts/
    ├── _site/
    ├── assets/
    ├── pages/
    ├── _config.yml
    ├── 404.html
    ├── CNAME  <-- Hapus aku
    ├── Gemfile
    ├── Gemfile.lock
    └── index.html
    $ rm CNAME

Netlify

Tambah Site Baru

  1. Setelah login dan otomatis di arahkan ke alamat app.netlify.com/. Saya menambahkan site baru.

    gambar_6

  2. Karena saya menggunakan GitHub repo, maka pada langkah 1, ini saya memilih GitHub.

    gambar_7 Asiknya dengan Netlify, saya dapat berganti-ganti resource.

    Jadi meskipun saya memilih GitHub saat ini, nanti saya masih dapat berubah ke resource yang lain, GitLab misalnya.

  3. Saya akan diminta untuk memberikan hak autorisasi Netlify dengan akun GitHub. (Saya tidak memiliki gambarnya)

  4. Pada tahap ini, saya diminta untuk memilih repository GitHub.

    gambar_8

  5. Padah tahap ini saya diminta untuk melakukan setting untuk mendeploy repository.

    gambar_9 Saya menambahkan ;rm _site/feed.xml karena saya tidak menggunakan feed.xml.

    Pada langkah ini, sebenarnya di laptop (local/development), saya membuild Jekyll dengan menggunakan custom command.

    $ JEKYLL_ENV=production jekyll build; rm _site/feed.xml

    Terdapat JEKYLL_ENV=production yang mendefiniskan bahwa build ini untuk production environment.

    Kegunaan dari variabels ini adalah saya membagi environment menjadi dua, development dan production. Yang mana terdapat beberapa elemen yang tidak akan ditampilkan pada development environment seperti: Disqus, Google Analytics, dan SEO support.

    Netlify menyediakan Build Environment Variables, namun tidak support untuk Jekyll, hanya mensupport: Node, NPM, dan Yarn.

    Untuk mengatasi hal ini pada Netlify, saya perlu menambahkan gem bernama jekyll-netlify.

    Tambahkan pada jajaran plugins di gemfile.

    gem 'jekyll-netlify', '~> 0.2.0'
    

    Kemudian, tambahkan pada jajaran plugins di _config.yaml.

    plugins:
      - jekyll-netlify
    

    Dengan begini, saya tetap dapat menggunakan dua environment. Saat dibuild di Netlify, akan menjadi production environment.

    Namun, apabila repositori GitHub/GitLab kita sudah berupa hasil build (_site), maka kosongkan saja dua input box di atas.

    Kalau sudah yakin, klik Deploy site.

  6. Akan keluar tampilan seperti ini.

    gambar_10 Saat ini statusnya project kita sedang di build dan di deploy oleh Netlify.

Konfigurasi Custom Domain

  1. Sembari menunggu proses deploy selesai, saya melakukan Domain settings.

    gambar_11

  2. Karena saya memiliki domain sendiri, yaitu bandithijo.com, maka saya melakukan konfigurasi custom domain, pilih Add custom domain.

    gambar_12

  3. Saya mengisikan “bandithijo.com”, lebih direkomendasikan untuk menggunakan “www”. Namun pada tulisan kali ini saya akan menunjukkan mudahnya konfigurasi custom domain pada Netlify.

    gambar_13 Tekan Verify.

  4. Netlify akan mengkonfirmasi bahwa “bandithijo.com” sudah ada yang punya, apakah pemiliknya adalah saya?

    gambar_14 Tentu saja, Yes, add domain.

  5. Akan tampil domain “bandithijo.com” dan “www.bandithijo.com” yang memiliki status Check DNS configuration.

    gambar_15 Pilih salah satu dari kedua warning tersebut.

  6. Akan terbuka popup window yang berisi tentang rekomendasi konfigurasi DNS. Untuk melakukan pointing root domain ke Netlify.

    gambar_16 Namun, saya hiraukan saja, karena saya hanya ingin praktis dengan menggunakan DNS dari Netlify.

  7. Scrolling ke bawah, untuk menemukan bantuan dalam menggunakan DNS dari Netlify.

    gambar_17 Saat ini, saya memilih menggunakan Netlify DNS agar lebih praktis.

  8. Sekali lagi saya diminta untuk memastikan apakah domain bandithijo.com benar saya miliki atau tidak.

    gambar_18

    gambar_13

  9. Bagian menambahkan DNS record yang lain, saya continue saja.

    gambar_19

  10. Copy paste domain Nameserver milik Netlify yang nanti akan saya letakkan pada konfigurasi Nameserver di Dewaweb.

    gambar_20

    dns1.p06.nsone.net
    dns2.p06.nsone.net
    dns3.p06.nsone.net
    dns4.p06.nsone.net
    

Mengganti Default Domain Netlify

  1. Saya perlu mengganti Default subdomain yang diberikan secara random oleh Netlify.

    gambar_21 Pilih Edit site name. Untuk merubahnya.

  2. Saya isikan sesuai nama domain yang saya miliki. bandithijo.

    gambar_22 Pilih Save.

  3. Lakukan pengecekan. Go to DNS panel.

    gambar_23

    gambar_24

    Maka target dari DNS record sudah di arahkan ke alamat Default domain yang baru.

Redirect Default Subdomain Netlify ke Primary Domain

  1. Untuk melakukan redirect secara otomatis saat pengunjung mengakses bandithijo.netlify.com akan langsung diarahkan ke bandithijo.com, saya perlu melakukan konfigurasi tambahan untuk ini.

  2. Netlify sudah menyarankan untuk membuat file _redirects pada direktori root dari direktori site saya.

    gambar_25

    Namun, saya lebih memilih cara lain.

  3. Saya memilih menambahkan file netlify.toml pada direktori root Jekyll saya. Yang isinya mirip seperti file _redirects yang disarankan oleh Netlify.

    $ vim netlify.toml
    [[redirects]]
      from = "https://bandithijo.netlify.com/*"
      to = "https://bandithijo.com/:splat"
      status = 301
      force = true

    Saya menggunakan cara ini karena, saat menggunakan file _redirects, pada bagian Settings > GitHub page, dikatakan bahwa isi dari file _redirects tidak sesuai dengan semestinya.

    Maka dari itu saya menggunakan cara file netlify.toml yang sudah saya coba dan ternyata berhasil dijalankan pada kedua repository GitHub dan GitLab.

    Sekarang, apabila ada pengunjung yang dengan atau tanpa sengaja mengakses alamat bandithijo.netlify.com akan otomatis didirect ke bandithijo.com.

Dewaweb

Menambahkan Netlify Nameservers

  1. Buka Client Area pada Dewaweb.

  2. Saya hanya perlu mengganti default Dewaweb Nameserver dengan 4 buah Nameserver yang sudah diberikan oleh Netlify.

    gambar_26

    gambar_27

  3. Pastikan berhasil memasukkan Nameserver Netlify.

    gambar_28

    Apabila gagal, ulangi sampai Nameserver benar-benar tersimpan.

  4. Pada Dewaweb, saya tidak perlu melakukan konfigurasi DNS Management.

    gambar_29

    Karena saya sudah menggunakan DNS management milik Netlify.

Konfigurasi HTTPS

Sebenarnya tahap ini tidak perlu saya lakukan.

Karena apabila langkah di atas (konfigurasi Nameservers) sudah benar, secara otomatis saya akan mendapatkan SSL/TLS certificate.

Namun untuk mencatat prosedur manualnya, saya akan tetap menuliskan langkah-langkahnya di bawah ini.

  1. Kembali lagi ke Netlify

  2. Scrolling ke bagian paling bawah dari halaman Settings Domain. gambar_30 Pilih Verify DNS configuration.

  3. Apabila berhasil. gambar_31 Tinggal menunggu (paling lama 24 jam) hingga Netlify memberikan sertifikat Let’s Encrypt (TLS/SSL certificate) untuk mendapatkan HTTPS.

  4. Yak! Tidak sampai 5 menit, SSL/TLS certificate dari Let’s Encrypt saya sudah jadi. gambar_32

  5. Saya coba cek di browser. gambar_33

Tips

WWW or not WWW?

Untuk masalah ini, Belum akan saya bahas di sini.

Namun apabila ingin berpindah dari “tanpa WWW (apex domain)” dan ingin menggunakan “WWW (subdomain)” caranya sangat mudah.

Cukup klik menu pada domain www.bandithijo.com. gambar_34 Lalu klik Set as primary domain.

Pesan Penulis

Masih banyak yang saya dapat eksplorasi dari Netlify. Namun untuk saat ini, saya hanya menggunakan Netlify sebagai DNS management saja sebagai ganti dari Cloudflare yang saya pergunakan sebelumnya.

Sangat terasa sekali perbedaan dalam hal kecepatan akses. Meskipun saya tidak melakukan pencatatan secara angka, namun secara rasa, mengunjungi bandithijo.com pasca menggunakan Netlify, sama cepatnya seperti yang saya rasakan saat mengakses bandithijo.com pada development environment.

Migrasi ke Netlify ini juga membawa semangat baru untuk saya, karena melihat (meskipun belum memahami) dari sepintas membaca menu dan fitur-fitur yang terdapat di dalam Netlify, seperti dapat menjadi hal yang baik bagi bandithijo.com ke depannya.

Oke, rasanya sudah cukup seperti ini dulu.

Ini adalah catatan yang sangat panjang. Mudah-mudahan pengalaman saya dapat bermanfaat bagi teman-teman yang memerlukan.

Terima Kasih

  1. Aflasio

  2. Nanda Okitavera

  3. Beserta teman-teman di group JAMstack Indonesia yang telah banyak menginspirasi saya (memberikan observation value) bagi saya untuk bermigrasi menggunakan Netlify.

Referensi

  1. www.netlify.com/docs/continuous-deployment/
    Diakses tanggal: 2019/01/28

  2. www.netlify.com/docs/custom-domains/
    Diakses tanggal: 2019/01/28

  3. www.netlify.com/docs/dns/
    Diakses tanggal: 2019/01/28

  4. www.netlify.com/docs/redirects/
    Diakses tanggal: 2019/01/28

  5. www.netlify.com/docs/netlify-toml-reference/
    Diakses tanggal: 2019/01/28

  6. github.com/jayvdb/jekyll-netlify
    Diakses tanggal: 2019/01/28


Penulis

bandithijo

My journey kicks off from reading textbooks as a former Medical Student to digging bugs as a Software Engineer – a delightful rollercoaster of career twists. Embracing failure with the grace of a Cat avoiding water, I've seamlessly transitioned from Stethoscope to Keyboard. Armed with ability for learning and adapting faster than a Heart Beat, I'm on a mission to turn Code into a Product.

- Rizqi Nur Assyaufi

d98d8237fef8f1017d0be931b6e291341cbe6ca8